Bias cakrawala dalam hembus lembut semampai mendesir dingin merajam jiwaku
Tersabut desah nafas pelangi yang merambat naik meniti senja yang berarak
Kosong wajah ini menatap kelu dalam ruang waktu yang menghapus seluruh imajinasiku
Kenyataan telah menyeretku dalam tebing curam di tepian hatiku yang kelam
Mendekap erat jiwaku dalam dimensi ruang kosong yang gelap tak bertepi
Terhanyut dalam khayalan yang menyeret dan mengaburkan batas-batas kenyataan
Lebur, ku terlarut dalam untaian indah kata mutiara yang mungkin terukir semu
Harapanku, mungkinkah hanya sebuah ironi pahit yang mengusung sendu?
Dalam tunduk, ku bersujud... harapkan pancaran cahaya kasih sayang-Mu
Renungku, terus mendesak tanya akan hakekat hadirku di dunia
Dalam ratapku, deras menggenang air mata suci dalam do'a terpanjat, mengharap Impianku terukir manis dalam pahatan indah warna-warni pelangi
Cita-citaku, rambati bingkai- bingkai cakrawala di langit yang membiru
Dalam dekapan hangat tangan- tangan suci bermandikan cahaya Agung kasih sayang-Mu
Akankah langit kan selalu membiru dalam batas pandang panca inderaku ?
Ataukah pekat nyawa iblis telah bersemayam di dasar langit, racuni nalarku ?
Mungkinkah Tuhan kan percikkan cahaya ilmu-Nya yang selalu ku rindu ?
Ataukah ku takkan kuat akan semua firasat yang selama ini mengekang hasrat Tersendat nadiku menyadari akan ganjilnya alam pikiranku sendiri
Terlontar khayalanku dalam batas imaji yang semakin menyesatkan hati
Dan kini, ku harapkan semilir angin sejuk membawa pesan do'aku pada-Nya
Karena hanyalah Keagungan-Nya yang akan menyinari gelapnya ruang hati dan jiwaku
Hingga akhirnya ku kan tahu kemana dimensi waktu-Nya akan menuntun langkahku
0 komentar:
Posting Komentar